(+62) 8129-2229-212

BSD Serpong, Tangerang Selatan

Berhijrah Bermuhasabah Perkokoh Ukhuwah

Penulis : Suradi, SE, MM-Dewan Syuro FMMB

Pengantar. Dalam sebuah perjalanan panjang kehidupan ini, kita butuh menyempatkan diri berhenti istirahat sejenak untuk mengumpulkan kembali semangat dan tenaga (recharge) guna melanjutkan perjalanan. Apalagi posisi kita saat ini berada awal tahun hijriyah 1447H menjadi momentum yang penting dan strategis untuk jangan diam, jangan malas gerak (mager) tetapi bergerak, dinamis, berubah yang lebih baik lagi.

Saatnya  melakukan kilas balik atau refleksi diri.  Begitu juga dalam kehidupan di dunia yang fana ini, kita mesti harus menyediakan waktu untuk melakukan fungsi kontrol : evaluasi, menghitung, menakar, merenung dan kontemplasi yang dalam bahwa Arab disebut dengan muhasabah diri.

Dalam Al-Qur’an Allah juga telah mengingatkan pentingnya melakukan introspeksi diri dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu untuk menghadapi masa depan yang lebih baik lagi dalam konteks ajaran Islam.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr surat 59 ayat 18 yang artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

 

Manfaat Bermuhasabah. Adapun manfaat yang bisa kita rasakan dari upaya melakukan recharge  semangat hidup melalui bermuhasabah diri ini setidaknya ada 5 manfaat.

Pertama, sebagai wahana KOREKSI DIRI. Dengan bermuhasabah, kita akan mampu melihat kembali perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari perjalanan kehidupan selama ini. Apakah dominan kebaikan atau keburukan, apakah dominan  manfaat atau mudarat, atau apakah dominan mendekat atau malah menjauh dari Allah?.

 

Kedua, upaya PERBAIKI DIRI Dengan bermuhasabah, kita akan mampu melihat kelebihan (Strenght) dan kekurangan diri (Opportunity For Improvement) yang kemudian diperbaiki di masa yang akan datang. Dengan memperbaiki diri, maka kualitas kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati juga akan senantiasa penuh dengan manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain serta rahmatan lil alamin.

 

Ketiga, momentum MAWAS DIRI. Diibaratkan ketika kita pernah memiliki pengalaman melewati jalan yang penuh lika-liku, maka kita bisa lebih berhati-hati ketika akan melewatinya lagi (preventive action). Mawas diri akan mampu menyelamatkan kita terjerumus ke jurang keburukan yang lebih dalam.

 

Keempat, memperkuat KOMITMEN DIRI Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Oleh karenanya, bermuhasabah menjadi waktu untuk berkomitmen diri dan meluruskan niat untuk tidak mengulangi kembali kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di lubang yang sama. Buang masa lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari yang akan datang.

Rasulullah bersabda bahwa “Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya.”   Untuk itu amal perbuatan kita luruskan niat untuk beribadah kepada Allah.

Di sisi lain ada riwayat :

“Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

 

Kelima, sebagai sarana meningkatkan rasa SYUKUR DIRI. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Oleh karenanya, bermuhasabah akan membawa kita mengingat nikmat Allah. Jangan sampai kita menjadi golongan orang-orang yang tak tahu diri dan kufur kepada nikmat Allah. Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim surat 14 ayat 7:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari atau kufur (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih

 

Perkokoh ukhuwah. Ada pesta ada hadiah, hadiah dibuka isinya berlian, Dengan ukhuwah yang sulit jadi mudah, yang berat terasa ringan. Seuntai kalimat pantun  yang menjadi pesan moral bagi kita tentang manfaat ukhuwah. Oleh karenanya setelah kita berhijrah bermuhasabah diri maka kita tingkatkan  dalam lingkup yang lebih luas untuk memperkokoh ukhuwah. Ada 5 tingkatan dalam memperkokoh ukhuwah.

  1. Ta’aruf (Saling Mengenal) : tingkatan awal yang sesama muslim mulai saling mengenal secara personal atau komunal, baik secara fisik maupun latar belakang, karakter, emosi, pemikiran, dan visi misi hidup.
  2. Tafahum (Saling Memahami). Setelah saling mengenal, tahap selanjutnya adalah saling memahami, termasuk memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta bagaimana menempatkan diri dalam hubungan tersebut.
  3. Ta’awun (Saling Menolong). Sesama muslim saling membantu dalam kebaikan dan meninggalkan keburukan, dengan niat yang tulus dan hati yang bersih untuk beramar ma’ruf nahi munkar, untuk berfastabiqul khairat dan watawa shobil haq watawa shobi shobr.
  4. Takaful (Saling Menanggung).  Sesama muslim itu  merasa saling melengkapi dan menjamin satu sama lain, termasuk ikut menanggung dan menyelesaikan masalah bersama untuk kemaslahatan umat bahkan rahamatan lil ‘alamin.
  5. Itsar (Mendahulukan Orang Lain). Merupakan tingkatan tertinggi dalam ukhuwah, seseorang rela mengorbankan kepentingan pribadinya demi kepentingan bersama untuk kemaslahatan umat.

 

Bisakah kita berhijrah, bermuhasabah perkokoh ukhuwah?. Jawabnya singkat dan padat adalah BISA. Allah memberikan jaminan kepada hamba-hamba Nya.

Ar Ra’du surat 13 ayat 11 yang artinya : “Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Al Baqarah surat 2 ayat 286 yang artinya : “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.”

Al Jumuah surat 62 ayat  10 yang artinya : “Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.”

 

Semoga secercah ilmu dan hikmah ini menghadirkan manfaat bagi diri, keluarga, umat dan rahmatan lil alamin dalam menapaki lembaran kehidupan  1447H  dengan energi yang terbarukan berproses dan berkinerja ketakwaan yang lebih baik dan lebih baik lagi. Semoga Allah juga  senantiasa melindungi kita dari godaan syetan, memberikan kekuatan untuk mengendalikan hawa nafsu dan  menyibukkan diri di jalan kebaikan dan semakin dekat dengan Allah.

Akhirnya penulis menutup artikel ini dengan pesan moral pantun bernasehat berikut ini.

Jalan-jalan ke Tangerang Selatan yang asri, ada taman kota yang begitu bersih.

Demikianlah berbagi ilmu dan hikmah ini, kami ucapkan banyak terimakasih.

(Sumber : Penulis sebagai khotib Jumat di Masjid Qobul Saliim BSD Foresta, Tangerang Selatan, Banten  pada 22 Muharram 1447H-18 Juli 2025).

Tags :
Share :